Jumat, 24 Juni 2016

Filsafat Ilmu: Tanggung Jawab Ilmuwan dan Tantangan



Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan telah menjadi sebuah mata rantai kehidupan yang tak bisa dipisahkan dengan kehidupan dan eksistensi manusia. Ilmu pengetahuan yang semakin maju menjadi bukti nyata akan pemikiran manusia yang semakin kompleks. Dalam pemanfaatan suatu ilmu kiranya perlu disadari adalah suatu ilmu harus dihubungkan dengan konteks di mana manusia itu berada. Dalam masa depan keilmuan diperlukan peran ilmuwan dalam menghadapi tantangan ilmu dan perkembangannya. Manusia yang berpikir filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi kehidupan, mendalami unsur-unsur pokok dari ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami sumber, hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya bagi masyarakat. Oleh karena itu, kita perlu untuk memahami tanggung jawab seorang ilmuan dan tantangan kemanusia di masa depan.
A.    Tanggung Jawab Ilmuwan
Ilmu merupakan hasil karya seorang ilmuwan yang dikomunikasikan dan dikaji secara luas. Jika hasil karyanya itu memenuhi syarat-syarat keilmuan, maka karya ilmiah itu akan menjadi ilmu pengetahuan dan digunakan oleh masyarakat luas. Maka jelaslah, jika ilmuwan memiliki tanggung jawab yang besar bukan saja karena ia merupakan warga masyarakat, melainkan karena ia juga memiliki fungsi tertentu dalam masyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan tidak hanya sebatas penelitian bidang keilmuan, tetapi juga bertanggung jawab atas hasil penelitiannya agar dapat digunakan oleh masyarakat, serta bertanggung jawab dalam mengawal hasil penelitiannya agar tidak disalahgunakan.[1]
Ilmu menghasilkan teknologi yang diterapkan pada masyarakat. Teknologi dan ilmu pengetahuan dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Di sinilah pemanfaatan pengatahuan dan teknologi perlu diperhatikan sebaik-baiknya.[2]
Penerapan dari ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan dan kadang-kadang mempunyai pengaruh pada proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanggung jawab etis, merupakan hal yang menyangkut kegiatan maupun penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini berati ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi harus memperhatikan kodrat dan martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertangung jawab pada kepentingan umum dan generasi mendatang, serta bersifat universal karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk mengambangkan dan memperkokoh eksistensi manusia bukan untuk menghancurkan eksistensi manusia.[3]
Kadang-kadang, tanggung jawab keilmuan tidak disebabkan oleh ilmu itu sendiri, misalnya; dalam hal menyelesaikan setiap persoalan kemanusiaan, seperti; bencana alam, keadaan alam yang kritis, konflik sosial, dan sebagainya. Tanggung jawab keilmuan bukan saja dalam arti yang normative, misalnya berkaitan dengan aspek moral yang bersifat legalistik saja, tetapi mencakup aspek yang lebih luas. Misalnya, tanggung jawab keilmuan dalam menyelasaikan berbagai bentuk akibat perubahan sosial yang berdampak terhadap tatanan moral masyarakat. Jadi, tanggungjawab keilmuan juga memilki arti, mendudukkan manusia pada kedudukan martabat dirinya, sehingga di satu sisi tidak diperalat oleh ilmu dan ilmuwan demi mencapai prestise dan supremasi ilmu, atau di sisi lain, tidak tergilas oleh kebodohan dan kemelaratan hidup karena lingkaran setan ketidaktahuan yang melilit dirinya.
Tanggung jawab mengandung makna penyebab (kausalitas), dalam arti "bertanggung jawab atas". Tanggung jawab dalam arti demikian berarti; apa yang harus ditanggung. Subyek yang menyebabkan dapat diminta pertanggungjawabannya, meskipun permasalahan-permasalahan tersebut tidak disebabkan oleh ilmu atau ilmuwan itu sendiri. Aspek tanggung jawab sebagai sikap dasar keilmuan, dengan ini, telah menjadi satu dalam kehidupan keilmuan itu sendiri dan sulit dipisahkan. Tanggung jawab keilmuan, tidak dapat dipisahkan dari perkembangan pengetahuan maupun keilmuan dari abad ke abad.[4]
Berbicara mengenai tangung jawab ilmu adalah suatu cara tak langsung berbicara tentang manusia yang mengpraktekan, menerapkan, dan menggunakan ilmu pengetahuan itu. Kadang-kadang dapat pula terjadi tanggung jawab yang tak disebabkan oleh ilmu pengetahuan, tetapi dilakukan oleh manusia tanpa mengikutsertakan ilmu pengetahaun. Misalnya; dalam hal menyelesaikan setiap persoalan kemanusiaan, seperti; bencana alam, keadaan alam yang kritis, konflik sosial, dan sebagainya.
Tanggung jawab keilmuan menyangkut, baik masa lalu, masa kini, maupun masa depan. Alasannya, karena penanganan ilmu atas realitas selalu cenderung berat sebelah. Kenyataan tersebut telah banyak berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan kosmos (alam) seperti; pembasmian kimiawi dari hama tanaman, sistem pengairan, keseimbangan jumlah penduduk, dan sebaginya. Juga, hal itu menyangkut gangguan terhadap tatanan sosial dan keseimbangan sosial. Artinya, ilmu lah yang telah mengemukakan bahwa tatanan alam dan masyarakat harus diubah dan dikembangkan maka ilmu pula lah yang bertanggung jawab menjaganya agar dapat diubah dan dikembangkan dalam sebuah tatanan yang baik, demi konseistensi kehidupan, regulasi historis, dan keberlanjutan ekologis.[5]
1.      Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Ilmuwan
a.       Tanggung jawab sosial
Seorang imuwan mempunyai tanggung jawab sosial yang terpikul di bahunya. Bukan saja karena dia adalah warga masyarakat yang berkepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat namun yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti pada penealaahan dal ilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.[6]
Tanggung jawab sosial ilmuwan adalah suatu kewajiban seorang ilmuwan untuk mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian permasalahan sosial. Ilmuwan mempunyai kewajiban sosial untuk menyampaikan kepada masyarakat dalam bahasa yang mudah dicerna. Tanggung jawab sosial seorang ilmuwan adalah memberi perspektif yang benar, untung dan rugi, baik dan buruknya, sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan.[7]
Dengan kemapuan pengetahuannya seorang ilmuwan harus dapat memengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogianya mereka sendiri. Dalam hal ini, berbeda dengan saat menghadapi masyarakat, ilmuwan yang elitis dan esoterik, dia harus berbicara dengan bahasa yang dapat dicerna oleh orang awam. Untuk itu ilmuwan bukan saja mengandalkan pengetahuannya dan daya analisisnya namun juga integritas kepribadiannya.
Tanggung jawab sosial lainnya dari seorang ilmuwan yaitu dalam bidang etika. Dalam bidang etika ilmuwan harus memosisikan dirinya sebagai pemberi contoh. Seorang ilmuwan haruslah bersifat objektif, terbuka, menerima kritik dan pendapat orang lain, kukuh dalam pendiriannya, dan berani mengakui kesalahannya. Semua sifat ini serta sifat lainnya merupakan implikasi etis dari berbagai proses penemuan ilmiah. Seorang ilmuwan pada hakikatnya merupakan manusia yang biasa berpikir dengan teratus dan teliti. Seorang ilmuwan tidak menolak atau menerima sesuatu secara begitu saja tanpa pemikiran yang cermat. Di sinilah kelebihan seorang ilmuwan dibandingkan dengan cara berpikir orang awam. Kelebihan seorang ilmuwan dalam berpikir secara teratur dan cermat inilah yang menyebabkan dia mempunyai tanggung jawab sosial. Dia mesti berbicara kepada masyarakat sekitarnya ia mengetahui bahwa berpikir mereka keliru, dan apa yang harus dibayar untuk kekeliruan itu. Sudah seharusnya pula terdapat dalam diri seorang ilmuwan sebagai suri teladan dalam masyarakat.[8]
Beberapa bentuk tanggung jawab sosial ilmuwan, yaitu:[9]
1)      Seorang ilmuwan harus mampu mengidentifikasi kemungkinan permasalahan sosial yang akan berkembang berdasarkan permasalahan sosial yang sering terjadi dimasyarakat.
2)      Seorang ilmuwan harus mampu bekerjasama dengan masyarakat yang mana dimasyarakat tersebut sering terjadi permasalahan sosial sehingga ilmuwan tersebut mampu merumuskan jalan keluar dari permasalahan sosial tersebut.
3)      Seorang ilmuwan harus mampu menjadi media dalam rangka penyelesaian permasalahan sosial dimasyarakat yang mana masyarakat yang terdiri dari keanekaragaman ras, agama, etnis dan kebudayaan sehingga berpotensi besar untuk timbulnya suatu konflik.
b.      Tanggung jawab moral
Tanggung jawab moral tidak dapat dilepaskan dari karakter internal dari ilmuwan itu sendiri sebagi seorang manusia, ilmuwan hendaknya memiliki moral yang baik sehingga pilihannya ketika memilih pengembangan dan pemilihan alternatif, mengimplementasikan keputusan serta pengawasan dan evaluasi dilakukan atas kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan pribadinya atau kepentingan sesaat. para ilmuwan sebagai orang yang profesional dalam bidang keilmuan tentu perlu memiliki visi moral khusus sebagai ilmuwan. Moral inilah di dalam filsafat ilmu disebut sikap ilmiah.[10]
Sikap yang perlu dimiliki oleh para ilmuwan, antara lain:[11]
1)      Tidak ada rasa pamrih, yaitu suatu sikap yang diarahka untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif dengan menghilangkan pamrih atau kesenangan pribadi.
2)      Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang bertujuan agar para imuawan mampu mengadakan pemilihan terhadap berbagai hal yang dihadapi.
3)      Seoarang ilmuwan sangat menghargai terhadap segala pendapat yang dikemukakan oleh orang lain, oleh para ilmuwan lainnya, memiliki keyakinan yang kuat terhadap kenyataan maupun terhadap alat indera serta budi, adanya sikap yang positif terhadap setiap pendapat atau teori terdahulu telah memberikan inspirasi bagi terlaksanya penelitian dan pengamatan lebih lanjut.
4)      Seorang ilmuan juga memilki rasa tidak puas terhapa penelitian yang telah dilakukan sehingga dia terdorong untuk terus melakukan riset atau penelitian.
5)      Seorang ilmuwan harus memilki akhlak atau sikap etis yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk kebahagian manusia, lebih khusus untuk pembangunan bangsa dan negara. Akhlak dan sikap etis dalam mengembangkan ilmu untuk memiliki sopan santun ilmiah yaitu dengan berhati-hati dalam mengeluarkan pendapat, dan kalau teryata dia salah maka harus segera menyadari dan mengklasifikasi kesalahan tersebut.
c.       Tanggung jawab etika
Kemudian tanggung jawab yang berkaitan dengan etika meliputi etika kerja seorang ilmuwan yang berkaitan dengan nilai-nilai dan norma-norma moral (pedoman, aturan, standar atau ukuran, baik yang tertulis maupun tidak tertulis) yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya; kumpulan asas atau nilai moral (Kode Etik) dan ilmu tentang perihal yang baik dan yang buruk. Misalnya saja tanggung jawab etika ilmuwan yang berkenaan dengan penulisan karya ilmiah, maka kode etik pada penulisan karya ilmiah harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut:
1)      Obyektif(berdasarkan kondisi faktual)
2)      Up to date(yang ditulis merupakan perkembangan ilmu paling akhir)
3)      Rasional(berfungsi sebagai wahana penyampaian kritik timbal-balik)
4)      Reserved(tidak overcliming, jujur, lugas dan tidak bermotif pribadi)
5)      Efektif dan efisien(tulisan sebagai alat komunikasi yang berdaya tariktinggi).
Tugas keilmuan menghimbau pada sebuah tanggung jawab professional yang memadai. Tanggung jawab profesional keilmuan mengandaikan bahwa seorang ilmuwan harus menjadi ahli dan terampil dalam bidangnya, jadi bukan sekedar hobi. Tanggung jawab professional keilmuan mengacu pada bidang keilmuan yang digeluti sebagai panggilan tugas pokok atau profesi keilmuannya. Tanggung jawab professional menunjuk pula pada penghasilan atau upah yang diperoleh berdasarkan tingkat kepakaran (pengetahaun dan ketrampilan) yang dimiliki dalam bidang keilmuannya. Profesional merupakan kata atau istilah yang umumnya diliputi sebuah citra diri yang berbauh sukses, penuh percayadiri, berkompeten, bekerja keras, efisien, dan produktif. Tanggung jawab profesional keilmuan menunjuk pada gambaran diri seseorang berdisiplin, kerasan, dan sibuk dalam pekerjaan keilmuannya. Disiplin dan kerasan merupak sebuah paham yang membedakan secara radikal seorang ilmuwan sejati dengan orang yang suka malas, santai, dan seenaknya dalam sebuah tugas keilmuan.

B.     Tantangan Kemanusian
1.      Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusian
Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, namun pada kenyataannya teknologi juga menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan manusia. Saat ini, ilmu pengetahuan sudah merambah ke segala jenis cakupan, mulai ilmu tentang bumi, angkasa dan masih banyak lagi segala sumber untuk memperkaya pengetahuan manusia. Jika dipandang dari ilmu filsafat maka ilmu tersebut terbentuk dari pemikiran manusia tentang dirinya dan sekitarnya serta berusaha untuk berpikir sejauh mungkin. Keilmuan yang tak mengenal batas memang memungkinkan manusia melakuan banyak hal di bumi ini.
Pada ilmu bioteknologi, perkembangan yang dicapai sangat maju, seperti rekaya genetika dan teknologi kloning manandakan kemajuan yang begitu dahsyat sehingga mengkhawatirkan semua kalangan. Tidak saja agamawan dan pemerhati hak-hak asasi manusia, tetapi para ahli bioteknologi pun semakin khawatir karena kalau akibatnya tidak dapat dikendalikan, maka akan terjadi suatu bencana besar bagi kehidupan manusia. Contohnya rekayasa genetika yang dulunya diharapkan untuk mengobati penyakit keturunan, seperti diabetes sekarang rekayasa tidak hanya untuk tujuan pengeobatan, tetapi untuk menciptakan manusia-manusia baru yang sama sekali berbeda, baik dari segi postur fisik maupun sifat-sifatnya. Perkembangan rekayasa genetika teryata membuat risau para pemerhati hak-hak asasi manusia karena dengan rekayasa tersebut, manusia tidak memiliki hak yang bebas lagi.[12]
Kemudian timbul kontroversi di berbagai negara apakah perkembangan rekaya genetika untuk manusia dibolehkan atau tidak? Pakta yang menyebutkan bahwa mengklon manusia merupakan pelanggaran martabat manusia dan merupakan penyalahgunaan ilmu. Belum lagi dalam perspektif agama teknik rekayasa genetika tak layak diteruskan karena terkesan membuat manusia berusaha menjadi tuhan, dengan memanipulasi teknologi untuk menciptakan makhluk hidup. Persolan berikutnya adalah di mana letak kebebasan manusia dalam memilih hak hidupnya dan hak untuk memilki ciri khas. Sebab, jika sejak awal dia sudah direkayasa untuk menjadi manusia tertentu, maka kebebasan memilihnya menjadi hilang dan tidak ubahnya seperti robot yang dikendalikan oleh orang lain. Kalaupun itu dilandaasi untuk menolong pasangan yang tidak mampu menghasilkan keturunan atau kepentingan penelitian, apakah cukup adil jika mengatakan bahwa kloning manusia dilakukan atas dasar kemanusiaan? Masih banyak lagi persoalan yang perlu dijawab dalam menghadapi teknologi rekayasa genetika ini.[13]
Hal-hal apa saja yang bisa terjadi di masa yang akan datang? Untuk menjawabnya, kita bisa melihat perkembangan yang terjadi pada masa ini dan melakukan prediksi. Sejumlah peristiwa yang terjadi tentunya telah memberikan gambaran atas apa yang akan kita hadapi di masa depan. Hal-hal tersebut yaitu,
a.       perubahan lingkungan hidup, meliputi:
1)      Jumlah penduduk yang bertambah
2)      Krisis air bersih untuk kebutuhan rumah tangga dan industri
3)      Krisis lahan untuk tempat tinggal, kawaasan industri, dan hutan
4)      Rusaknya ekosistem
5)      Musnahnya sejumlah organisme baik di darat maupun air
6)      Meningkatnya suhu bumi karena efek rumah kaca
7)      Meningkatnya risiko hujan asam
b.      Degradasi Moral
Krisis kemanusiaan tidak saja terjadi akibat teknologi maju, tetapi juga akibat dari kecenderungan, idiologi, dan gagasan yang tidak utuh. Contohnya, ide dan gerakan emansipasi yang dikumangkan oleh para penggerak feminisme, yang mendorong agar wanita diberi kesempatan yang sama di area publik dengan laki-laki. Kesempatan ini kemudian teryata dimanfaatkan oleh perusahaan padat karya dengan merekrut pekerja perempuan lebih banyak dibandingkan pekerja laki-laki. Perusahaan lebih banyak merekrut pekerja perempuan dengan perimbangan, lebih rapi, dan tidak merepotkan perusahaan. Akibatnya, kaum laki-laki susah mendapatkan pekerjaan dan implikasi lebih lanjut rumah tangga menjadi berantakan karena perempuan lebih hebat daripada laki-laki. Disisi lain, laki-laki yang nganggur akan berbuat apa saja untuk mendapatkan uang, seperti merampok dan mencuri sehingga angka kriminalitas meningkat. Selain itu fenomena globalisasi juga berperan dalam masalah moral. Gaya hidup budaya barat yang cenderung individual, konsumtif, dan hedonis turut menjadi ancaman.
c.       Perkembangan Sains dan Teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)  di masa depan diprediksi akan:
1)      Perkembangan signifikan pada bidang fisika, serta inovasi dan aplikasi terhadap penelitian laser.
2)      Pemurnian bidang proses kontrol sistem pada studi mekanik, biologi, dan elektronik
3)      Meningkatnya kualitas, fungsi, dan penggunaan media massa
4)      Usaha restorasi lingungan
5)      Peningkatan fungsi komputer dan gadget
6)      Kerja sama internasional di bidang dagang, perekonomian, teknologi, dan komunikasi-informasi
7)      Robot-robot dan mesin-mesin pengganti tenaga manusia; hal ini berpotensi menyebabkan meningkatnya pengangguran.
8)      Perkembangan pesat di sektor bioteknologi, genoteknologi, dan ekoteknologi
d.      Pendidikan Nasional. Kualitas kemampuan intele sumber daya ,anusia dituntut memiliki kemampuan memadai dalam hal intelektual, kemampua bahasa atau komunikasi, dan kemampuan intelektual.
2.      Tantangan yang Dihadapi Ilmu di Masa Depan
Menurut John Naisbit, pada era informasi muncul fenomena mabuk teknologi, yang ditandai dengan beberapa indikator, yaitu:[14]
a.       Masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara ketat
b.      Masyarakat takut dan memuja teknologi
c.       Masyarakat mengaburkan antara yang nyata dan yang semu
d.      Masyarakat menerima kekerasan sebuah hal yang wajar
e.       Masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk mainan
f.       Masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terenggut.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tantangan utama dalam keilmuan lebih terfokus pada sikap manusia dalam menghadapi perkembangan ilmu itu sendiri. Kita memang membutuhkan pengembangan ilmu deemi kemudahan dan menjalani kehidupan. Tapi, sudahkah ilmu tersebut dimanfaatkan dengan baik?
Berikut beberapa tantangan yang akan dihadapi masyarakat dan keilmuan di masa depan:[15]
a.       Perubahan global
Pada tahun 1989 The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menerbitkan hasil simposium yang diadakan di Paris dalam bentuk buku yang diberi judul One World or Several. Dalam buku tersebut menyebutkan tujuh masalah besar yang dihadapi manusia masa depan. Ketujuh masalah itu ialah 1) Reaktivikasi dunia secara menyeluruh, 2) Globalisasi versus Regionalisasi, 3) Pengembangan sumber daya manusia dan pengelolaan pemerintah, 4) Kontrak pembangunan, 5) Pendirian regiun energi internasional menghadapi perubahan lingkungan yang semakin destruktif, 6) Migrasi internasional, dan 7) Memikirkan kembali nasib buruh-buruh negara agraris. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi semakin kompleks dan menyeluruh.
b.      Pendidikan global
Sistem pendidikan global menuntut para siswanya untuk memiliki wawasan global untuk mempersiapkan diri era globalisasi. Melalui pendidikan global, para siswa diharapkan mampu bertindak lokal namun memiliki pemikiran global. Metode pembelajaran seperti ini telah diterapkan di negara-negara maju dengan kualitas HDI (Human Development Intelectual) yang tinggi. Untuk Indonesia, konsep pendidikan seperti ini masih belum diterapkan secara optimal.
c.       Kesenjangan pemahaman IPTEK, Pendidikan, dan HDI
Kesenjangan pemahaman IPTEK dan kualitas pendidikan serta rendahnya angka HDI di Indonesia khususnya terjadi karena dua faktor, yaitu sumber daya manusia yang kurang memadai dan finansial yang masih sangat rendah.
d.      Perubahan tatanan kehidupan sosial dan moral
Kehidupan bermasyarakat di masa yang akan datang menunjukkan struktur masyarakat yang cenderung individualis. Kualitas moral masyarakat pun terancam manurun karena cepatnya penyerapan budaya asing.
e.       Kependudukan dan ketenagakerjaan
Di negara-negara industri maju, pertambahan penduduk 1% bahkan beberapa negara mendekati 0%, sehingga tahun 2025 jumlah penduduk di negara ini sekitar 1,4 milyar. Sedang negara-negara berkembang pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 6,8 milyar. Sementara itu di Indonesia pada tahun 2020 jumlah penduduk mencapai 250 juta jiwa dan tahun 2050 mencapai 350 juta jiwa. Rata-rata pertumbuhan penduduk ini menimbulkan sejumlah permasalahan dalam kehidupan di Indonesia. Masalah kekurangan lahan tempat tinggal dan kurangnya lapangan pekerjaan akan menjadi tantangan yang berat di masa depan.
f.       Permasalahan lingkunagan hidup
Sehubungan dengan bertambahnya jumlah penduduk, ditambah dengan kegiatan industri berpotensi memberi dampak negatif bagi lingkungan. Ditambah lagi dengan punahnya sejumlah flora dan fauna langka dari bumi yang mengurangi kekayaan ragam kehidupan.
3.      Agama, Ilmu, dan Masa Depan Manusia
Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun pada sisi tertentu memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual) cenderung ekslusif, dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari yang baru. Tidak perlu terikat dengan etika progresif. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati, sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia. Agama dan imu memiliki persamaan, yakni bertujuan memberi ketenangan dan kemudahan bagi manusia.[16]
Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu hampir semua kitab suci menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu sebanyak mungkin. Agama dan ilmu sama-sama memberikan penjelasan ketika terjadi bencana alam, seperti banjir dan gempa bumi. Gempa bumi dalam konteks agama adalah cobaan Tuhan dan sekaligus rancangan-Nya tentang alam secara keseluruhan. Adapun menurut ilmu, gempa bumi terjadi akibat pergeseran lempengan bumi atau tersumbatnya lava gunung berapi oleh karena itu para ilmuan harus mencari ilmu dan teknologi untuk mendektesi kapan gempa akan terjadi dan bahkan kala perlu mencari cara mengatasinya.
Agama dan ilmu memilki kesamaan, yakni sama-sama mendesain masa depan manusia. Desain agama lebih jauh dan abstrak, sedangkan ilmu dan teknologi lebih pendek dan konkret. Desain agama untuk memberikan ketenangan hidup setelah hidup, sedangkan desain ilmu dan teknologi untuk hidup di masa depan di dunia ini. Dalam pandangan agama, ilmu, dan teknologi merupakan aspek kehidupan umat manusia yang tertinggi. Tidak juga merupakan puncak kebudayaan dan peradaban umat manusia di dalam evolusinya mencapai kesempurnaan hidup.
Disini ilmuwan teknologi tidak harus dilihat dari aspek yang sempit, tetapi harus dilihat dari tujuan jangka panjang dan untuk kepentingan kehidupan yang lebih abadi. kalau visi ini yang diyakini oleh para ilmuwan dan agamawan, maka harapan kehidupan ke depan akan lebih cerah dan sentosa. Tentu saja pemikiran-pemikiran seperti ini perlu dukungan dari berbagai pihak untuk terwujudnya masa depan yang lebih cerah dan harmonis.
Kesimpulan
Peran dan fungsi ilmuwan dalam masyarakat juga perlu diperhitungkan, karena ilmuwan merupakan orang yang dapat menemukan masalah spesifik dalam ilmu. Selain itu, ilmuwan pula terbebani oleh tanggung jawab, tanggung jawab yang diemban oleh ilmuwan meliputi tanggung jawab sosial, moral, dan etika. Ilmu akan senatiasa berkembang, sesuai dengan perkembangan zaman dan inovasi kreativitas yang dilakukan berdasarkan pemikiran manusia. Perkembangan ilmu yag semakin pesat ini menghasilkan teknologi dan penemuan mutakhir memberikan sejumlah tantangan besar bagi manusia di masa depan, baik tantangan mental, fisik, sampai moral. Kemajuan ilmu demi kepentingan manusia ini memang sering salah pemanfaatan dan penyikapan, sehingga sebenarnya tantangan yang akan dihadapi lebih kepada masalah teknis.

DAFTAR PUSTAKA
Adib, Muhammad. 2011. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bakhtiar, Amsal. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Burhanuddin, Afid. 2012. “Tantangan dan Masa Depan Ilmu”, (https://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2012/05/tantangan-dan-masa-depan-ilmu_2013_1.pdf). Diakses 22 Juni 2016 Pukul 22:00.
Latif, Mukhtar. 2014. Orientasi ke Arah Pemabahasan Filsafat Ilmu. Jakarta: Prenadamedia Group.
Semiawan, Conny R, Made Putrawan, dan Setiawan. 1998. Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Surajiyo. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suriasumantri, Jujun S. 1998. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Watloly.Filsafat Ilmu. (http://kuliah.unpatti.ac.id/mod/page/view.php?id=16). Diakses 20 Juni 2016 Pukul 18:40.
Zakiyah, Nita. 2013. “Tanggung Jawab Ilmuan”, (http://niethazakia.blogspot.co.id/2013/03/tanggung-jawab-ilmuwan.html). Diakses 20 Juni 2016 Pukul 18:30.


[1]Mukhtar Latif, Orientasi ke Arah Pemabahasan Filsafat Ilmu, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm 242.
[2]Muhammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahua, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm 230.
[3]Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm 83.
[4]Conny R. Semiawan, Made Putrawan, dan Setiawan, Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilm, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), hlm 116.
[5]Watloly, Filsafat Ilmu, (http://kuliah.unpatti.ac.id/mod/page/view.php?id=16). Diakses 20 Juni 2016 Pukul 18:40.
[6]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998), hlm 237.
[7]Muhammad Adib, hlm 234.
[8]Mukhtar Latif, hlm 243.
[9]Nita Zakiyah, TanggungJawabIlmuan, Diakses20  Juni 2016 Pukul 18:30.
[10]Surajiyo, hlm 86.
[11]Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hlm 196.
[12]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm 225-226.
[13]Amsal Bakhtiar,  hlm 226-227.
[14] Afid Burhanuddin, Tantangan dan Masa Depan Ilmu, Diakses 22 Juni 2016 Pukul 22:00.
[15] Afid Burhanuddin.
[16]Amsal Bakhtiar, hlm 230.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Akutansi Lembaga Keuangan Syariah : Akutansi Salam

AKUNTANSI SALAM BAB I PENDAHULUAN Semakin menguatnya gerakan ‘islamisasi’ sistem keuangan, khusus nya perbankan di dunia Islam pa...