Sabtu, 25 Juni 2016

Peran Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan Klaten dalam Penyebaran Agama Islam



Pendahuluan
Pesantren atau pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional tertua di Indonesia. Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional. Secara histori pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman tetapi juga mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia. Karena, sebelum datangnya Islam ke Indonesia pun lembaga serupa pesantren ini sudah ada di Indonesia dan Islam tinggal meneruskan, melestarikan dan mengislamkannya.Jadi pesantren merupakan hasil penyerapan akulturasi kebudayaan Hindu-Budha dan kebudayaan Islam kemudian menjelma menjadi suatu lembaga yang kita kenal sebagai pesantren sekarang ini.
Pasang surut peran pesantren sempat terjadi baik karena faktor di dalamnya maupun diluarnya.Pesantren dari saat ke saat terus mengalami perubahan. Meskipun intensitas dan bentuknya tidak sama antara satu dan yang lain, perubahan itu dalam realitasnya berdampak jauh bagi keberadaan, peran, dan pencapaian tujuan pesantren, serta pandangan masyarakat luas terhadap lembaga pendidikan ini. Ironisnya, tidak semua orang dan tokoh pesantren menyadari sepenuhnya seluk-beluk perubahan tersebut.
Salah satu contoh pondok pesantren adalah pondok pesantren Al-Manshur di Popongan Klaten.Perjalanan sejarah pondok pesantren al manshur popongan sangat panjang.Setiap Pondok Pesantren memiliki tradisi yang dilakukan atau dijalankan secara rutin. Tradisi tersebut dilakukan untuk menanamkan dan melestarikan budaya islam, agar budaya yang dapat tertanam dan tidak terhapus seiring perkembangan zaman yang modern ini.Pondok pesantren al-manshur popongan salah satu pondok pesantren tradisional yang relatif tua, namun tetap eksis hingga saat ini.
A.    Pengertian Pondok Pesantren
Awal mula terbentuknya sebuah pondok pesantren tidak lepas dari adanya dua hal yang saling terkait, yakni adanya keinginan para murid (santri) untuk mendalami ilmu agama dan kemauan seorang guru (kyai) untuk menyebarluaskan ilmu yang demikian. adanya dua kepentingan tersebut kemudian di ikuti dengan dibuatnya pondokan sebagai tempat tinggal para santri. Lama kelamaan jumlah pondokan tersebut makin banyak seiring dengan makin banyaknya santri yang mengaji.
Podok pesantren berasal dari dua kata yaitu pondok dan pesantren. Pondok menurut Zamakhasari Dhofier berasal dari bahasa Arab “Funduuq” yang berarti hotel atau asrama, sedangkan pesantren berasal dari kata santri yang mendapat awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat tinggal para santri.
Sebenarnya penggunanaan gabungan kedua istilah secara intergral yakni pondok dan pesantren menjadi Pondok Pesantren menurut Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag yaitu, sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen.

B.     Dasar dan Tujuan Pondok Pesantren
Dasar dan tujuan pendidikan pondok pesantren adalah keinginan untuk menghilangkan kebodohan, memperbaiki akhlak dan mengangkat masyarakat dengan didikan dan uswah khasanah dari kyai. Keinginan ini didorong oleh rasa tanggung jawab kyai atau ulama terhadap masyarakat.
Sejak awal pertumbuhannya, tujuan utama pendidikan Pondok Pesantren adalah:
1.      Menyiapakan santri mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau lebih dikenal dengan Tafaqquh Fiddin, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan turut mencerdaskan masyarakat Indonesia, kemudian diikuti dengan tugas.
2.      Dakwah menyebarkan agama islam, dan
3.      Benteng pertahanan umat dalam bidang akhlak.
Jadi, tujuan pendidikan Pondok Pesantren juga dapat disimpulkan yaitu menciptakan dan mengembangkan kepribadian Muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmad kepada masyarakat dngan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat, yaitu menjadi pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad, mampu berdiri sendiri dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian manusia.
Dengan demikian, keberadaan Pondok Pesantren lebih didasarkan pada keinginan untuk menegakkan ajaran Islam. Dari ajaran Islam ini maka nantinya diharapkan dapat membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterempilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

C.    Elemen-elemen Pondok Pesantren
Untuk dapat disebut pondok pesantren, harus memenuhi elemen-elemen sebagai berikut:
1.      Pondok
Dalam tradisi pesantren, pondok merupakan asrama dimana santri tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan kyai-kyai. Pada umumnya komplek pesantren dikelilingi dengan pagar sebagai pembatas yang memisahkan pesantren dengan masyarakat disekitarnya.
Bagunan pondok pada tiap-tiap pesantren berbeda-beda, baik mengenai kualitas maupun kelengkapannya. Ada yang didirikannya atas biaya-biaya kyai-nya, atas gotong royong para santri, sumbangan masyarakat atau sumbangan pemerintah.
Sistem pemondokan ini bukan saja merupakan elemen penting dalam tradisi pesantren, tetapi juga penompang utama bagi pesantren untuk terus bekembang.
2.      Masjid
Masjid merupakan pusat pendidikan dalam pesantren. Aktivitas/kegiatan pesantren berpusat di masjid. Masjid dianggap tempat paling tepat untuk mendidik para santri, menanamkan disimplin sholat lima waktu dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Masjid pesantren biasanya dibangun dekat rumah kyai dan berada di tengah-tengah komunitas pesantren.
3.      Pengajaran Kitab-kitab Islam Klasik
Pengajaran kitab-kitab Islam klasik terutama dikalangan ulama yang menganut faham Syafi’iyah tetap diberikan dalam pesantren. Hal tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren pendidik calon-calon ulama yang setia kepada faham Islam tradisional. Keseluruhan kitab yang diajarkan dalam pesantren dalam digolongan kedalam delapan kelompok yaitu: a. Nahwu dan Shorof, b. Fiqih, c. Ushul Fiqih, d. Hadits, e. Tafsir, f. Tauhid, g. Tasawuf dan etika, h. cabang-cabang lain seperti Tarikh dan Balaghoh.
4.      Santri
Santri pada dasarnya merupakan sebutan khusus bagi santri yang tinggal di pesantren guna menyerahkan diri. Jumlah santri dalam sebuah pesantren biasanya dijadikan tolak ukur besar kecilnya atau maju mundurnya pesantren.
Menurut tradisi pesantren, ada dua kelompok santri yaitu:
a.       Santri Mukim
Santri mukim adalah santri yang selama menuntut ilmu tinggal di dalam pondok pesantren yang disediakan pesantren, biasanya mereka tinggal dalam satu kompleks yang berwujud kama-kamar. Satu kamar biasanya di isi oleh lebih dari tiga orang, bahkan terkadang sampai 10 orang lebih.
b.      Santri Kalong
Santri kalong adalah santri yang tinggal di luar komplek pesantren, baik di rumah sendiri maupun di rumah-rumah penduduk di sekitar lokasi pesantren, biasanya mereka datang ke pesantren pada waktu ada pengajian atau kegiatan-kegiatan pesantren yang lain.
5.      Kiai atau Ustadz
Keberadaan kiai dalam lingkungan pesantren merupakan elemen yang cukup esensial. Laksana jantung bagi kehidupan manusia begitu urgen dan pentingnya kedudukan kiai, karena dialah yang merintis, mendirikan, mengelola, mengasuh, memimpin, dan terkadang pula sebagai pemilik tunggal dari sebuah pesantren.
Oleh karena itu, pertumbuhan suatu pesantren sangat bergantung kepada kemapuan pribadinya kiainya, sehingga menjadi wajar bila kita melihat adanya banyak pesantren yang bubar, lantaran ditinggal wafat kiainya, sementara dia tidak memiliki keturunan yang dapat meneruskan kepemimpinannya.
Di lingkungan pesantren, seorang kiai adalah hirarki kekuasaan satu-satunya yang ditegakkan di atas kewibawaan moral sebagai penyelemat para santri dari kemungkinan melangkah ke arah kesesatan, kekuasaan ini memiliki perwatakan absolut sehingga santri senantiasa terikat dengan kiainya seumur  hidupnya, minimal sebagai sumber inspirasi dan sebagai penunjang moral dalam kehidupan pribadinya.

D.    Peran Pesantren
Pesantren mengemban beberapa peran, utamanya sebagai lembaga pendidikan. Jika ada lembaga pendidikan islam yang sekaligus juga memainkan peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengembangan masyarakat, dan sekaligus menjadi simpul budaya, maka itulah pondok pesantren.[1]
1.      Lembaga Pendidikan
Pengembangan apapun yang dilakukan dan dijalani oleh pesantren tidak mengubah ciri pokoknya sebagai lembaga pendidikan dalam arti luas.Ciri inilah yang menjadikannya tetap dibutuhkan oleh masyarakat.Disebut dalam arti luas, karena tidak semua pesantren menyelenggarakan madrasah, sekolah, dan kursus seperti yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan di luarnya.[2]
2.      Lembaga Keilmuan
Pola ini membuka peluang bagi pesantren untuk menghadirkan diri juga sebagai lembaga keilmuan.Modusnya adalah kitab-kitab produk para guru pesantren kemudian dipakai juga di pesantren lainnya.
3.      Lembaga Pelatihan
Pelatihan awal yang dijalani para santri adalah mengelola kebutuhan diri santri sendiri; sejak makan, minum, mandi, pengelolaan barang-barang pribadi, sampai ke urusan merancang jadwal belajar dan mengatur hal-hal yang berpengaruh kepada pembelajarannya, seperti jadwal kunjungan orang tua atau pulang menjenguk keluarga.[3]
4.      Lembaga Pemberdaya Masyarakat
Kebesaran pesantren akan terwujud bersamaan dengan meningkatnya kapasitas pengelola pesantren dan jangkauan programnya di masyarakat. Karakteristik inilah yang dapat dipakai untuk memahami watak pesantren sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat.
5.      Lembaga Bimbingan Keagamaan
Faktor yang mendukung pesantren sebagai lembaga bimbingan keagamaan adalah kualifikasi Kiai dan Jaringan Kiai yang memiliki kebersamaan panduan keagamaan terutama di bidang fiqh, dan kesamaan pendekatan dalam merespon masalah-masalah yang berkembang di masyarakat.[4]
6.      Simpul Budaya
Pesantren dan simpul budaya itu sudah seperti dua sisi dari mata uang yang sama. Bidang garapannya yang berada di tataran pandangan hidup dan penguatan nilai-nilai luhur menempatkannya ke dalam peran itu, baik yang berada dan penguatan pengaruh kerajaan islam maupun di luarnya. Pesantren hadir sebagai sebuah sub-kultur, budaya sandingan, yang bisa selaras dengan budaya setempat sekaligus tegas menyuarakan prinsip syari’at.Di situlah pesantren melaksanakan tugas dan memperoleh tugas.
HASIL PENELITIAN
A.    Letak Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan
Pondok pesantren Al-Manshur terletak di Dukuh Popongan Tegalgondo Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten.[5]Pemilihan lokasi ini dinilai sangat strategis bagi para santri yang mondok di Al-Muayyad, baik santri yang berpendidikan formal maupun non formal.Sejarah Berdiri dan Perkembangannya
B.     Sejarah Berdiri dan Perkembangannya
Pada tanggal 1980, pesantren popongan berganti nama menjadi Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan.[6]Nama Al-Manshur diberikan oleh K.H Muhammad Salman Dahlawi untuk mengenang pendirinya yaitu KH. Muhammad Manshur. Kata Al Manshur dalam bahasa arab mempunyai arti yang sangat indah yaitu kekal, penolong, pemenang. Jadi harapan selain mengenang pendirinya sekaligus menjadi penolong, pemenang, kekal atau tangguh.
Kepemimpinan pondok pesantren Al-Manshur, ini terbagi dalam empat generasi, yaitu Masa KH. Muhammad Manshur, KH. MuhammadSalman Dahlawi, KH. Ahmad Djablawi, dan KH. Nashrun Minalloh, BA.
1.      Generasi Pertama (KH. Muhammad Manshur)
Latar belakang Pondok Pesantren Al-Manshur di popongan bermula ketika KH.Muhammad Manshur di ambil oleh seorang petani kaya yaitu Haji Fadlil yang tinggal di Dukuh Popongan yang dinikahkan dengan Nyai Kamilah putrid Kyai Fadlil.Kejadian ini berlangsung pada tahun 1918.Sebagai seorang yang pandai dan ‘alim dalam bidang agama, Muhammad Manshur di minta mertuanya menjadi guru ngaji bagi masyarakat Popongan dan sekitarnya.Inisiatif ini di ambil oleh Haji fadlil karena mengetahui bahwa penduduk sekitar tempat tinggalnya sangat membutuhkan pengetahuan dan pendalaman ilmu agama.
Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Manshur melalui proses yang panjang. Pada awalnya hanya mulai dari Kelompok Ngaji (Majlis Ta’lim) kecil.Murid yang datang hanya berasal dari Dukuh Popongan sendiri.Lambat laun jumlah santri bertambah puluhan orang dan kebanyakan masih santri kalong atau santri yang tidak menetap.
Bagunan untuk pondokan selesai dikerjakan tahun 1926 adapun pembangunan masjid selesai tahun 1927 dalam perkembangannya bangunan yang didirikan pertama kali itu sekarang dengan pondoko sepuh. Pondok sepuh inilah yang kemudian menjadi tonggak awal berdirinya Pondok Pesantren Al-Manshur popongan.KH.Muhammad Manshur sebagai pendiri merupakan elemen yang memberikan corak khas pesantren.
KH.Muhammad Manshur wafat pada tahun 1955 sepeninggal beliau kegiatan dan kepemimpinan Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan di teruskan oleh KH.Muhammad Salman Dahlawi cucu KH.Muhammad Manshur putra dari pasangan KH.Muqri dan Hj Masfuah.KH. Muhammad Salman Dahlawi juga dipercaya untuk mewarisi dan melanjutkan Ilmu Thoriqoh Naqsabandiyah dan merintis kembali apa yang pernah dilakukan kakeknya KH. Muhammad Manshur.
2.      Generasi Kedua (KH. Muhammad Salman Dahlawi)
Pada era kepemimpinan KH. Muhammad Salman Dahlawi inilah sejak 21 Juni 1980, pesantren popongan berganti nama menjadi Pondok Pesantren Al-Manshur untuk mengenang pendirinya, sekaligus peresmian yayasannya. Seperti di pesantren lain, semula santri yang dating hanya nyantri dan ngaji dengan sistem sorongan dan bandongan (sistem pengajian tradisional di pesantren).Di bawah pengasuh KH.Muhammad Salman Dahlawi ini Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan mulai menata struktur pendidikannya.Yakni dengan melegalisasi kegiatan pesantren baik di bidang pendidikan, keagamaan, sosial dan kemasyarakatan yang berbadan hokum. Untuk mengahadapi perubahan zaman pendidikan formal juga dikembangkan sampai berikut: Tahafudzul Qur’an, TK Al Manshur, MTS Al Manshur, Ma Al Manshur, Madrasah Diniyah Al Mnashur dan Pesantren Terekat Naqsyabandiyah.[7]
Fasilitas pondok Pesantren Al Mnashur yang saat ini ada antara lain mempunyai tiga lokal asrama 1 asrama untuk Pondok Putra dan 2 Asrama untuk Pondok Putri.
Kyai Salman juga sering memberikan pelajaran fikih di berbagai daerah di Kabupaten Klaten dan daerah sekitarnya.Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah ini juga menjadi rujukan dalam masail diniyyah jika terjadi perselisihan pendapat di antara warga masyarakat. Di Pondok Pesantren Al-Manshur, Mbah Salman lebih sering mengajarkan akhlaq dan tauhid, sedangkan di Pondok Sepuh (Zawiyah Tarekat), ia mengajarkan tasawuf dan suluk Naqsyabandiyah-Khalidiyah.
3.      Generasi Ketiga (KH. Ahmad Djablawi)
Kegiatan beliau sehari-hari hanya mengajar Al-Qur’an dan tadarus sendiri.Hari-harinya dilalui dengan Al-Qur’an meskipun sakit beliau sempatkan untuk selalu membaca Al-Qur’an. Motto beliau adalah apa yang telah dipesankan kepadanya dari mbah Manshur yaitu dengan dasar Hadits Qudhsi yang terpampang di pinru dhalem Kh. Muhammad Manshur yang berbunyi: “barang siapa yang disibukkan oleh membaca al-qur’an berdzikir kepadaku (Allah) sehingga tidak sempat berdo’a (meminta sesuatu) kepada Ku maka akan Aku beri ia sesuatu yang lebih mulia daripada yang Aku berikan kepada mereka yang berdo’a (meminta)”.[8]
4.      Generasi Keempat (KH. Nashrun Minalloh, BA)
Kh. Nashrun Minalloh, BA adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Manshur yang sekarang ini.

C.    Tradisi Pondok Pesantren Al-Mansur Popongan
Seperti yang seringkali diungkapkan oleh pengamat pesantren bahwa selama ini pesantren telah menghasilkan subkultur tersendiri, hal ini sama juga terjadi pada pondok pesantren Al-Manshur Popongan, yakni suatu komunis yang didasarkan pada pandangan hidup yang kuat tentang perlunya menanamkan sikap kepatuhan beragama berdasarkan tradisi-tradisi yang dimiliki pesantren. Tradisi-tradisi yang ada di pondok pesantren Al-Manshur antara lain yaitu:
1.      Pengajian
Pengajian dalam bahasa Arab disebut At-ta’llimu yang artinya belajar, pengertian dari makna pengajian atau ta’lim mempunyai nilai ibadah tersendiri, hadir dalam ilmu agama bersama seorang alim atau orang yang berilmu merupakan bentuk ibadah yang wajib setiap muslim. Di dalam pengajian terdapat manfaat yang begitu besar, yaitu menambah dari salah satu orang yang biasa berbuat negatif dengan memanfaatkanya menjadi positif atau dengan kata lain untuk merubah diri dari perbuatan keji dan munkar.
Pengajian di pondok pesantren Al-Mansur Popongan dilakukan rutin setiap minggu legi di masjid Al-Mansur.[9] Dengan adanya pengajian seperti ini santri-santriwan lebih memahami agama dengan penuh.
2.      Hadrah
Seni hadrah (rudat) merupakan salah satu kesenian tradisi dikalangan umat Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati Maulid Nabi di kalangan umat islam. Kesenian ini menggunakan syair berbahasa Arab yang bersumber dari kitab Al-Barzanji, sebuah kitab sastra yang terkenal di kalangan umat islam yang menceritakan sifat-sifat Nabi dan keteladanan akhlaknya. ”Dulu seni hadrah berkembang dengan pesat di kalangan pesantren-pesantren.
Hadrah adalah kesenian lokal yang harus dipertahankan dan termasuk drum ensembel yang biasa digunakan sebagai iringan untuk menyanyikan nyanyian yang sifatnya memuji agama islam. Kesenian ini terdiri dari beberapa rebana antara 8 atau bahkan 10 rebana yang dimainkan dalam musik ensembel. Hadrah adlah kesenian tradisional yang sangat berharga. Sebagai orang yang peduli dengan kesenian lokal, tentunya wajib hukumnya untuk melestarikan dan menjaga kesenian ini agar tidak hilang.
Di pondok pesantren al manshur popongan terdapat hadrah yang bernama hadrah al manshur popongan.Setiap hari santriwan latihan hadrah dan melatih anak-anak disekitar pondok pesantren bermain hadrah.[10]
3.      Khotmil Qur’an dan Haul
Di pondok pesantren Al-Mansur Popongan,terdapat tradisi yang unik yaitu acara khatmil Qur’an. Dalam bahasa jawa, mereka menyebut sebagai “khataman Al-Qur’an”. Acara ini diikuti oleh santriwan dan santriwati yang telah selesai belajar dan telah selesai menghafal Al-Qur’an. Biasanya acara diadakan bersamaan dengan peringatan hari besar islam yaitu ketika maulud nabi.
Pengertian haul berasal dari bahasa arab,bermakna “telah lewat atau ulangtahun”. Masyarakat jawa menyebutnya “khol” suatu upacra ritual keagamaan untuk memperingati meninggalnya seorang yang ditokohan dari para wali,ulama’,kyai atau salah satu dari anggota keluarga. Seperti contohnya haul Al-Mansur terakhir diadakan bersamaan dengan putaran pertama kegiatan bersholawat 12 malam Jamaah Muji Rosul (jamuroh) Surakarta.
Kesimpulan
Setelah riset yang kami lakukan maka kami menyimpulkan b ahwa pesantren merupakan sebuah pendidikan tradisional yang para santrinya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Setiap pesantren memiliki tradisinya masing-masing dan tradisi yang dilakukan berbeda-beda misalnya pengajian, hadrah, khatmil Qur’an dan Haul dan lain-lain. Namun setiap tradisi tersebut mengajarkan pendalaman tentang ilmun agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Darmaji, dkk. 2014. Album Khataman Al Qur’an 2014. Klaten: Pondok Pesantren Al Manshur Popongan
Dian, dkk. 2007. Praktis Pembelajaran Pesantren. Bantul: LKiS Pelangi Aksara
Muin M, Abd dkk. 2007. Pendidikan Pesantren Dan Potensi Radikalisme. Jakarta: CV. Prasasti.
Fajri Isnaini. (2010). Peran Pondok Pesantren Al Manshur Putri dalam Pendidikan Tahfidzul Qur,an.Skripsi pada FITK IAIN Surakarta: tidak diterbitkan
Wawancara dengan fauziah (pengurus PP. Al Mansur Popongan) pada tanggal 17 April 2016 di Pondok Pesantren Al Mansur Putri
http://ponpesalmanshur.blogspot.co.id.


[1]Dian, dkk.Praktis Pembelajaran Pesantren, (LKiS Pelangi Aksara: Bantul, 2007), hlm 11
[2]Ibid., hlm 12
[3]Ibid., hlm 16
[4]Ibid., 20
[5]Darmaji, dkk.Album Khataman Al-Qur’an 2014, (Pondok Pesantren Al-Manshur: Klaten, 2014), hlm 5
[6]Ibid., hlm 8
[7]Ibid., hlm 6
[8]Ibid., hlm 12
[9]Wawancara dengan fauziah (pengurus PP. Al Mansur Popongan) pada tanggal 17 April 2016 di Pondok Pesantren Al Mansur Putri
[10]Ibid.,

1 komentar:

  1. Stainless Steel vs Titanium Apple Watch
    Stainless Steel vs Titanium Apple Watch. Stainless Steel vs Titanium Apple Watch tungsten titanium watches; titanium engagement rings for her Adjustable mens titanium wedding bands Watch. Stainless Steel vs Titanium Apple Watch. titanium nose jewelry Stainless Steel vs. nipple piercing jewelry titanium

    BalasHapus

Akutansi Lembaga Keuangan Syariah : Akutansi Salam

AKUNTANSI SALAM BAB I PENDAHULUAN Semakin menguatnya gerakan ‘islamisasi’ sistem keuangan, khusus nya perbankan di dunia Islam pa...